Wali Kota Solo Larang Study Tour ke Luar Jateng: Fokus pada Edukasi dan Keselamatan


Kebijakan baru dikeluarkan oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, yang melarang pelaksanaan study tour ke luar wilayah Jawa Tengah bagi pelajar di kota tersebut. Keputusan ini sontak menjadi perhatian publik, terutama di tengah maraknya kegiatan kunjungan edukatif yang biasanya digelar oleh sekolah-sekolah menjelang akhir tahun ajaran.

Bukan Sekadar Liburan

Menurut Gibran, larangan ini tidak dimaksudkan untuk membatasi pengalaman belajar siswa, melainkan sebagai langkah antisipatif demi keselamatan dan efektivitas kegiatan. Ia menekankan bahwa study tour seharusnya menjadi momen pembelajaran, bukan sekadar ajang jalan-jalan atau gaya-gayaan ke luar kota.

“Kalau bisa ya cukup di sekitaran Jawa Tengah saja. Banyak tempat edukatif juga kok,” ujar Gibran saat ditemui awak media.

Kebijakan ini juga merespons berbagai kejadian tak mengenakkan yang kerap terjadi dalam kegiatan wisata pelajar, mulai dari kecelakaan hingga pemborosan biaya yang dinilai tidak relevan dengan tujuan utama kegiatan belajar.


Dorong Wisata Edukatif Lokal

Gibran mengajak sekolah-sekolah untuk lebih kreatif dalam memilih destinasi wisata edukasi. Menurutnya, wilayah Jawa Tengah sendiri menyimpan banyak potensi tempat pembelajaran yang belum tergarap maksimal—mulai dari situs sejarah, pusat kebudayaan, hingga industri kreatif lokal.

“Kenapa harus jauh-jauh? Di Solo dan sekitarnya banyak tempat yang bisa dijadikan sarana belajar yang lebih kontekstual dengan budaya dan sejarah kita sendiri,” tambahnya.


Efisiensi dan Keadilan Sosial

Selain soal keamanan dan nilai edukasi, Wali Kota Solo juga menyinggung persoalan biaya. Ia menyadari tidak semua orang tua mampu membiayai anaknya untuk ikut study tour ke luar provinsi. Larangan ini sekaligus menjadi bentuk keadilan sosial, agar tidak ada siswa yang merasa tertinggal hanya karena persoalan ekonomi.

“Jangan sampai anak-anak yang tidak ikut jadi minder atau dikucilkan. Kita harus jaga rasa kebersamaan dan empati dalam lingkungan sekolah,” tuturnya.


Dukungan dan Tanggapan Masyarakat

Meski sempat menuai pro-kontra di kalangan orang tua dan pihak sekolah, banyak juga yang mendukung langkah ini. Beberapa guru menilai kebijakan ini bisa mendorong sekolah untuk membuat program yang lebih berdampak dan tidak terlalu konsumtif.

“Selama tujuannya baik dan alternatif wisata edukasinya tetap tersedia, kami dukung,” ujar seorang kepala sekolah di Solo.


Penutup

Langkah Gibran bukan sekadar kebijakan administratif, tetapi cerminan dari upaya untuk mengembalikan esensi dari kegiatan study tour: belajar di luar kelas, tanpa melupakan nilai, keselamatan, dan kebersamaan.

Dengan kebijakan ini, diharapkan setiap pelajar bisa merasakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, tanpa harus pergi jauh atau membebani orang tua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *